Sabtu, 06 April 2013

100 HARI YANG LALU

Hari ini adalah 100 hari sepeninggal Ayahku...
Teman-teman Ayah mengadakan acara pengajian 100 hari atas wafatnya Ayah...
Aku hanya mampu bersyukur, berterima kasih & berdo'a...

Perjalanan dari rumah menuju tempat pengajian merupakan hal yg membuatku mengenang kembali Ayah, saat sehat, saat sakit hingga saat-saat kepergiannya...
Ngga mudah buatku untuk menahan air mata ini turun dari kelopak mata, ditambah lagi melihat foto surat dari Ayah untuk adikku di foto profil pada telpon genggamnya... Menambah semakin cepat debit air mata ini keluar ( ^ , ~ )

Ketika sampai di tempat pengajian (pengajian ini diadakan di tempat pengajian milik Ibu, tak jauh dari rumah Ibu), tamu mulai berdatangan...
Aku melihat air mata Ibu terus berurai hingga bolak-balik Ibu menyeka matanya dengan tisu...
"waaah... Tisu ngga bakalan cukup nih", pikirku...
Aku meminta adik-adikku yg lain untuk membeli tisu dalam jumlah yg banyak...
Aku hanya mampu berdiri tak jauh dari Ibu, ngga berani dekat dengan Ibu, khawatir kami berdua akan nangis ngga berhenti...

Aku tau bahwa hari ini akan diputar film tentang Ayah, tapi ngga tau kalo film yg diputar itu adalah film tentang "rasa kangen", taunya bahwa tentang film almarhum Ayah ketika mengisi di beberapa stasiun TV.
Ketika film mulai diputar, aku mulai menggoda orang yg di sekitarku... "Mbak siiih... Bikin acara pake nangis... Ngga seru ah!"
Betul saja, tanpa diminta, air mataku tumpah...
Aku hanya berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis didalam setiap event apapun yg berhubungan dengan kepergian Ayahku... Karena aku tau bahwa itu tidak akan mengembalikan Ayahku, malah akan membuat Ayahku menjadi sedih nantinya...

Tapi, begitu isi cerita film itu ada salah satu anak asuh Ayah yg mulai berbicara, aku tak sanggup menahan air mataku karena sehari sebelum Ayah wafat, rencananya adik asuhku sedang pamit kepada keluarganya & akan dinikahkan ketika Ayah masih ada...
Esoknya, Ayah berpulang...

Di saat aku mulai merasa air mata ini menjadi deras, sepertinya aku mendengar suara Ayah... "Nak... Ngga usah nangis, Papa akan selalu berada di dekatmu..."
Seketika juga, rasa sedih & air mata itu berhenti...
Ya, sama seperti ketika Ayah masih ada... Mengajak Ayah untuk tetap berdzikir & Ayah mengikuti walaupun hanya melalui hembusan nafasnya...
Aku hanya berusaha sekuatku untuk tidak menangis / terlihat sedih di depan Ayah, aku menghapus air mataku & berusaha bersuara sewajar mungkin, membuat semangat pada hidupnya bahwa "kita masih punya Alloh". Ayah tau akan hal itu, karena kami berdua sering melaluinya bersama dengan berdzikir bersama, Ayah menyukainya...

Hikmah yg bisa diambil pada acara ini adalah Ayah menjalin silaturahim dengan banyak orang, Ayah berbuat baik dengan banyak orang & kami memetiknya, memiliki tugas untuk merawatnya...
Love you, Pa... Do'a kami selalu besertamu...