Selasa, 22 Januari 2013

Pamit

Ayahku pamit... bukan sekedar pamit keluar rumah / berangkat berkarya... tapi "pamit" untuk selama-lamanya... "Nak... Papa pamit, ya..." Suara itu terdengar jelas di telingaku... Aku masih berpikir bahwa aku salah dengar... tapi aku masih sempat berujar dalam hati... "Eva ngga apa-apa kalo Papa pamit, tapi kasihan Mama... Tunggu dulu sampai Mama datang... Tapi maafin Eva, ya... Eva minta maaf atas semua kesalahan Eva selama ini..." Waktu berlalu... Ayahku tidak lepas dari kegiatannya menebar zakat, infaq & sedekah, walaupun dari tempat tidurnya... 3 bulan berlalu... Kondisi fisik Ayahku menurun... Fungsi organ tubuhnya mulai tampak tidak bekerja dgn baik. Fungsi ginjalnya tidak bekerja sehingga Ayah tidak dapat ke "toilet", mulai tampak terjadi pembengkakan di beberapa anggota tubuh. Karena cairan tubuhnya sudah "menyebar" ke bagian kaki, tangan, dsb. Ayah mulai tampak tidak dapat membuka mata walaupun masih ada respon darinya. Hari senin malam, aku di rumah bersama anak-anakku, mendampingi anak-anak belajar... Sepulang bekerja, suamiku menjenguk Ayah di rumah sakit. Entah apa ini yg disebut dgn kontak batin, aku tidak tau... Setelah sholat Isya & sholat sunnah, dadaku terasa berat untuk bernafas. Aku berpikir bahwa mungkin aku sudah mau "dijemput". Aku hanya mampu berdzikir & mohon ampun. Aku melihat ruangan di ruangan rumah sakit tempat Ayahku dirawat. Tak lama kemudian, aku mendengar kembali suara yg begitu jelas di telingaku... "Nak... Papa pamit, ya..." Sontak didalam hati aku langsung menjawab, "Papa... Eva minta maaf lahir batin atas kesalahan Eva selama ini, Eva berterima kasih banyak atas apa yg udah Papa kasih ke Eva selama ini... Maafin Eva ya, Pa... Kalo Eva banyak buat salah sama Papa..." Pertama kalinya aku menangis didepan anak-anak, aku sesegukan sendirian, aku dipeluk anak-anak dgn kuat... Sudah pasti mereka kaget, karena aku ngga pernah seperti itu... Setelah merasa sudah tidak sesak & sesegukan lagi, aku melanjutkan sholat sunnahku... Sebelumnya, aku berikan telpon genggamku pada anak-anak... "Nak... Kalo ada telpon dari rumah sakit, sampaikan Bunda lagi sholat". Empat hari setelah itu, Ayahku berpulang... Ibuku, suamiku, adik-adikku, serta orang-orang yg selalu berada di kegiatan sehari-hari Ayahku ikut "menghantarkan do'a" , mengiringi kepergian Ayahku... "Terima kasih, Pa... You are always in our heart. Love you..."